Senin, 29 November 2010

Boleh dibilang penantian

Lima bulan sudah kami menikah. Tidak ada program untuk menunda punya anak. Saat ini kami berdua dalam masa menanti dan terus berusaha akan lahirnya si buah cinta yang pertama, yang belum datang juga tampaknya :). Jadi suka tidak habis pikir dengan orang tua yang rela membuang anaknya di tempat-tempat yang tidak layak seenaknya. Sementara kami, setiap bulan selalu harap-harap cemas akan kedatangan mereka di tengah keluarga kecil ini.

Penantian ini bukan hanya jadi kisah-kisah semi desperate saya akan hidup. Terkadang malah jadi cerita seru dengan teman-teman yang senasib sepenanggungan. Ya kan dil, sev. Mari kita bikin group penantiandotcom. He...

Setiap saya berada dipuncak frustasi ingin punya anak saat itu juga, alhamdulillah suami saya yang baik hati itu, selalu menenangkan saya dengan cara-caranya lembut. Mengeluarkan nasehat-nasehat ampuhnya untuk membuat saya lebih tenang. Apalagi kalau saya mulai rewel membandingkan teman-teman kami yang lain, yang waktu pernikahannya berdekatan, sudah hamil duluan. Weew, gimana ga semi-semi desperate. Mas selalu bilang kalau punya anak itu bukan untuk lomba-lombaan. Ga akan dinilai juga kali ya sama Allah, yang dapet anak cepet setelah nikah dia lebih mulia daripada yang dapet anaknya belakangan. Saya manggut-manggut aja (da, emang bener masalahnya). Allah kan selalu adil dalam membagi-bagikan rezeki pada umatnya.

Mungkin juga kami masih terlalu kanak-kanak untuk punya anak, hahahaha... Atau ini karma, karna sebelum nikah ada ikrar pengen pacaran dulu 6 bulan baru punya anak (itu ikrarnya saya, bukan mas. Langsung menyesali ikrar itu seminggu setelah nikah dan banyak-banyak istighfar agar belum sempat Allah mengabulkannya, heu). Wallahualam, ya Allah ajarkan kami untuk terus berpasrah pada ketentuanMu.

Dan di suatu malam yang tenang, ba'da maghrib, kami bertadarus Al-Qur'an bersama. Rasanya ayat ini menjadi jawaban sekaligus penyiram hati yang rindu dalam penantian ini. Terima kasih ya Rabb. Semoga kami selalu diingatkan untuk mendoakannya dengan kepasrahan pada Mu.

Di sanalah Zakariya mendo`a kepada Tuhannya seraya berkata: `Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a`.(Q.S Ali-Imran ayat 38)

N.B: Terima kasih juga untuk si suami yang baik hati, Love u Panda. Terima kasih mau susah-susah bangun di tengah malam-yang pasti kamu sudah ngantuk berat- untuk mengelus kepalaku dan menenangkan tangis histeriaku akan kerinduan itu :)




Senin, 01 November 2010

Resensi

Setelah rubah status jadi istrinya si mas, saya rasa memang banyak hal berubah dalam hidup saya. Dalam hal kebiasaan-kebiasaan hidup terutama. Tidak sampai 180 derajat memang, tapi banyak perbedaan. Terutama kepekaan saya terhadap tetek bengek kerumahtanggaan. Saya jadi lebih concern dengan hal-hal itu, lebih tepatnya jadi lebih sering (inginnya siyhihihi) melakukan aktivitas bersih-bersih, nyuci-nyuci, strika-strika, dan masak-masak. Semua aktivitas ini rasanya tidak henti-hentinya saya lakukan kalau seharian ada di rumah. Sampai heran sendiri, perasaan barusan banget baru selesai masak, jeda sebentar ama nyapu eh sudah harus masak lagi. Setelah itu cuci-cuci piring sebentar, ambil jemuran di atas, kalau mood langsung setrika, kalau engga hidupin tivi, refreshing nonton. Eh tau-tau sudah jam 3 lagi, harus shalat dulu dilanjutkan masak-masak kembali. sangat sering,

Kadang kehebohan ini membuat saya agak kewalahan, dan capek sendiri. Pun sudah dapat trik-trik untuk mengefisienkan waktu kerja untuk pekerjaan rumah tangga. Belum lagi kalau saya harus ke kantor. Syukurnya pekerjaan saya based on project, jadi waktunya bisa fleksibel. Namun di sisi lain, walau terkadang terlalu heboh, saya juga tidak mau meninggalkan kedua aktivitas tersebut. Sebab, jika saya hanya memilih beraktivitas di rumah tok, saya bisa bosan setengah mati, ga biasa. Tetapi kalau fokus berkarier saja, saya inginnya kerja di Jakarta aja sekalian :D (he...) dan ga rela setengah mati juga keperluan-keperluan suami dan rumah tangga dikerjakan oleh orang lain. 

Semangat bisa menjalani dua tugas ini dengan optimal saya dapatkan setelah kami (aq dan si mas) nonton Dorama Jepang pinjaman salah satu partner kerja saya di kantor. Judulnya "Mother", inspirasi terbaik saya saat ini. Di film ini, digambarkan ibu-ibu di Jepang sana, sangat concern dalam mengurus rumah tangga mereka sediri tanpa pembantu, even dia adalah Direktur Utama di suatu perusahaan besar. Yang paling berkesan, banyak scene yang menampilkan ibu Dirut tadi menyiapkan entah makan pagi atau makan malam untuk anak-anaknya. Padahal beliau pasti sibuk banget lah ya dengan urusan pekerjaannya, tapi tidak menjadi penghalang buat beliau untuk mengurus keluarga dengan tangannya sendiri. 

Begitulah, tak ada yang tak mungkin di dunia ini asalkan kita yakin dan berusaha. Pun, sudah ada yang berhasil membuktikannya, semakin yakin deh. Sehingga niat untuk bisa jadi istri multi talenta dan optimal dalam menjalankan semuanya dapat terwujud, amin.